ANGGREK, SEBUAH KEKAYAAN DUNIA


Apakah Anggrek ?

Anggrek dikenal sebagai tumbuhan terbesar di dunia dengan anggotanya yang diperkirakan 15.000-25.000 spesies (beberapa merupakan sinonim-sehingga tereliminasi menjadi 10.000-12.000 spesies) , tersebar hampir diseluruh belahan dunia kecuali daerah ekstrim seperti gurun pasir dan gurun es. Selama ini anggota dari famili Orchidaceae tersebut dikenal sebagai tanaman eksklusif baik di kalangan botanis maupun masyarakat secara umum. Karakteristik tanaman yang unik serta didukung bentuknya yang eksotis dan indah menjadikan tanaman yang umumnya tumbuh secara epifit ini sebagai salah satu komoditi tanaman hias yang menarik Anggrek merupakan keluarga tumbuhan yang memiliki persebaran yang sangat luas dan hidup di berbagai variasi habitat, mulai dari iklim gurun yang panas dan kering sampai ke Iklim Tropis yang memiliki curah hujan dan kelembapan tinggi. Melihat dari hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam proses evolusinya anggrek memiliki daya adaptasi yang tinggi, dibuktikan dengan sukses budidaya anggrek di luar habitatnya, di iklim yang berbeda.

Bunga ini dijadikan bunga kebanggaan banyak bangsa dan kultur budaya termasuk di dalamnya adalah Indonesia. Famili Orchidaceae ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia mulai dari hutan hujan tropis, padang rumput, daerah vegetasi bakau di tepi pantai, hingga puncak gunung dengan ketinggian 3000 m dpl. Salah satu species anggrek asli indonesia juga dijadikan bunga nasional, Phalaenopsis amabilis atau anggrek bulan. Tercatat beberapa negara di Samudera Pasifik dan Amerika Selatan menggunakan juga beberapa Anggrek Spesies sebagai bunga nasional mereka seperti Papilionanthe Miss Joaquim sebagai bunga nasional Singapura, Cattleya skinneri sebagai bunga nasional Costa Rika dan masih banyak lagi.

Sejarah Budidaya

Budidaya Indoor

Anggrek dikenal sejak sebelum masehi tercatat orang China telah mengenal anggrek Cymbidium sinense (Lan Hua) sebagai salah satu resep obat 4.000 tahun yang lalu. Confucius (551-479 S.M) telah memberi komentar tentang keharuman anggrek. Dalam dunia Barat, Bapak Botani – Theophrastus telah menyebut tentang anggrek 300 S.M. menurutnya seluruh anggrek yang merupakan anggota dari famili Orchidaceae berasal dari kata ‘Orchis’ yang berarti buah zakar, mengacu kepada kemiripan umbi pada beberapa spesies anggrek tanah eropa yang identik dengan alat genital pria  yang tercatat pada bukunya ’History of Plants’

Beberapa anggrek yang pertama yang di kultivasi dibawa dari seluruh dunia pada abad 17 dan ditempatkan di Royal Botanic Gardens, Kew, Inggris. Budidayanya pertama kali dikenal sulit karena dibawa menggunakan kapal laut selama berbulan-bulan yang terkena cipratan air laut dan suhu daerah laut yang cukup tinggi. Akhirnya pada masa itu dibuat suatu rumah tanam sementara yang dikenal dengan Wardian Case,semacam terarium yang berfungsi sebagai pelindung tanaman dari iklim laut yang ganas.  Kemudia kendala berikutnya adalah mengadaptasikan iklim tropis seperti Indonesia dengan iklim sub-tropis di Eropa dan dengan berbagai cara dilakukan seperti membuat ’Hot House’ (pada masa itu belum dikenal green house, dan hot house adalah cikal bakal green house modern) yaitu sebuah rumah dengan tungku panci raksasa yang diisi air kemudian di rebus untuk meningkatkan kelembapan. Walaupun cara tersebut cara tersebut tidak berhasil, eksploitasi anggrek tropis terus terjadi selama 2 abad lamanya karena orang-orang eropa sudah terhipnotis dengan keindahan anggrek tropis, dan terus dikembangkan cara-cara serupa, baru setelah 1818, dimana anggrek Cattleya labiata berbunga pertama kali di luar habitatnya oleh Mr. William Cattley, kultivasi anggrek secara besar-besaran dimulai. Perusahaan besar seperti James Veitch & Sons serta Sander’s mengoleksi anggrek dalam jumlah besar dari seluruh dunia untuk diperdagangkan sebagai tanaman eksklusif di Eropa dan Amerika, pada masa tersebut harga anggrek dapat mencapai ribuan dollar karena belum ditemukannya cara perbanyakan generatif yang tepat. Pada masa itu para pembudidaya anggrek menyemai biji mereka di sekitar tanaman induk dengan asumsi bahwa tanaman tersebut membawa organisme simbiotiknya namun cara tersebut sama sekali tidak efektif karena dari 100.000 biji dalam satu buah hanya 0.1 % saja yang berkecambah (sesuai prosentasi perkecambahannya di alam-bahkan dewasa ini cara tersebut tidak mengalami banyak perkembangan berarti). Beberapa waktu kemudian sekitar awal abad 20 hasil kerja Bernard and Burgeff berdasarkan hasil penelitian Knudson(1922) akhirnya membuahkan hasil dalam mempropagasi anggrek secara generatif dengan teknik ’In-Vitro’, yaitu teknik perbanyakan dalam lingkungan steril, biasanya menggunakan media agar. Pada tahun 1960, temuan baru yang menggunakan titik tumbuh (meristem) dalam perbanyakan anggrek secara vegetatif telah meledakkan industri anggrek sampai sekarang.

Keberadaan Anggrek Dewasa Ini

Dendrobium crumenatum, Jawa Barat

Famili Orchidaceae merupakan keluarga tumbuhan yang terancam keberadaanya di alam muka bumi ini. Sebagai organisme yang ‘ringkih’ mereka mengalami kesulitan untuk adaptasi dengan adanya intervensi yang radikal dan ekstrim dari manusia ke habitat alami mereka. Alasan kuat mereka dikatakan rentan adalah tingginya perhatian yang harus diberikan ke lingkungan tumbuh mereka karena ketergantungan mereka terhadap satu organisme penting untuk mereka dapat berkecambah. Adanya perubahan sedikit saja terhadap habitat mereka maka akan memusnahkan rekan simbiosis mereka dimana mereka sangat bergantung kepadanya. Untuk alasan tersebut anggrek dapat musnah bahkan dalam sebuah area yang dikatakan ‘tak terjamah’ dan terlihat sekilas area tersebut dalam kondisi baik padahal secara ekologi area tersebut sudah mengalami degradasi. Terlebih lagi dengan adanya pembabatan hutan yang dewasa ini mulai meluas khususnya di daerah tropis seperti Indonesia. Ribuan hektar hutan hujan dan hutan pegunungan dibabat habis, sehingga berubah menjadi daerah gersang, erosi, jalan raya, atau yang lebih alami namun tidak lebih baik, seperti monokultur tanaman penutup lahan dan juga tanaman kehutanan. Hanya sebagian kecil dari anggrek yang dapat bertahan diluar habitatnya seperti di perkebunan, hutan kota, dan hutan tanaman yang dirancang oleh manusia dengan kombinasi pohon tertentu. Statusnya sekarang mulai rentan terhadap kepunahan

Dendrobium capra, Kaliurang-Yogyakarta, terancam punah.
Phalaenopsis javanica, Garut-Jawa Barat, punah di alamnya

Selama tahun 70an sampai 80an kontroversi mengenai status konservasi anggrek banyak disinggung dan dibahas dalam jurnal internasional seperti American Orchid Society Bulletin dan Orchid Digest. Banyak dari penulis yang mengatakan penyebab utama pengurangan populasi anggrek di alam adalah diakibatkan pengumpulan / eksploitasi di habitatnya, faktanya banyak faktor lain yang harus dipertanyakan. Di sisi lain hal tersebut merupakan sesuatu yang sedang ‘naik daun’ di kalangan institusi yang berkaitan dengan hukum dan aturan konservasi khususnya adalah bagian dari Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES) yang telah diperkenalkan sejak 1973, dan ditanda tangani oleh 21 negara pada tahun 1975 termasuk Indonesia dan pada tahun 1995, 128 negara sudah menandatanganinya.

Pada 1997 Species Survival Commission (SSC) dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengeluarkan semacam jurnal/ daftar yaitu 1997 IUCN Red List of Threatened Plants. Daftar ini mengategorikan hampir 34.000 spesies atau sekitar 12.5 % dari seluruh tanaman berpembuluh yang ada di dunia. Dari daftar ini sejumlah 1779 adalah spesies anggrek. Dari sub-tribe Dendrobiinae saja tercatat 1 spesies dinyatakan punah, 3 spesies terancam punah, 16 spesies dinyatakan rentan terhadap kepunahan, dan 31 spesies dinyatakan langka. Menurut informasi data anggrek tersebut telah membengkak 5 kali lebih banyak pada tahun 2002.

CITES meratifikasi bahwa seluruh anggota dari Famili Orchidaceae adalah termasuk Appendix 2, yang berarti bahwa seluruh anggotanya walaupun tidak dalam keadaan ‘terancam’ akan tetapi jika tidak dilakukan pengawasan maka akan berlaku demikian karena adanya eksploitasi, sehingga pertukaran anggrek dengan tujuan apapun dari negara asal / habitatnya diatur dalam aturan CITES dan harus menggunakan sertifikasi / surat yang resmi. Sejumlah 7 spesies dan 2 genera dikategorikan termasuk Appendix 1,dimana tanaman tersebut terancam punah diakibatkan adanya pertukaran dan eksploitasi. Termasuk kategori ini

  • Cattleya trianae (Brazil),
  • Dendrobium cruentum Thailand)
  • Laelia jongheana, Laelia lobata (Venezuela),
  • Renanthera imschootiana (Filipina),
  • Vanda caerulea (Thailand),
  • Peristeria elata (Meksiko)
  • Vanda coerulea (Thailand),
  • seluruh anggota genera Paphiopedilum (Asia)
  • dan Phragmipedium (Amerika Tengah dan Selatan).

 Anggrek tersebut diatas hanya bisa dipertukarakna secara internasional dengan izin impor dan izin ekspor dari kedua belah pihak, itupun hanya untuk terentu khususnya non-komersial.

Adalah tanggung jawab sebuah bangsa yang telah menandatangani konvensi tersebut untuk meyesuaikan peraturan konservasi lokal dengan peraturan internasional yang ada, baik itu untuk anggrek maupun daftar tanaman lainnya. Beberapa negara memiliki aturan yang lebih ketat daripada aturan internasional itu sendiri sementara lainnya tidak. Banyaknya korupsi oleh institusi terkait terhadap sertifikasi ekspor bahwa tanaman hasil hutan dianggap sebagai tanaman hasil budidaya, di Indonesia sendiri hal itu terjadi karena ketidak-tahuan pihak terkait (BKSDA) terhadap jenis anggrek itu sendiri.

Menurut SK. Menteri Pertanian Tanggal 5 Pebruari 1972 No. 54/Kpts/Um/2/1972 dan

Red Data Book (IUCN, 1978) daftar dibawah ini adalah anggrek yang dilindungi oleh pemerintah

Ascocentrum miniatum               Cymbidium hartinahianum

Coelogyne pandurata                 Dendrobium d’albertisii

Dendrobium lasianthera             Dendrobium macrophyllum

Dendrobium phalaenopsis                    Dendrobium ostrinoglossum

Grammatophyllum papuanum    Grammatophyllum speciosum

Macodes petola                          Paphiopedilum chamberlainianum

Paphiopedilum glaucophyllum   Paphiopedilum praestans

Phalaenopsis amboinensis                    Phalaenopsis gigantea

Phalaenopsis sumatrana            Paraphalaenopsis denevei

Paraphalsenopsis laycockii         Paraphalaenopsis serpentilingua

Renanthera matutina                  Spathoglottis aurea

Vanda pumila                                      Vanda sumatrana

Vanda celebica                           Vanda hookeriana

 

Perlu diketahui bahwa sejak pertama kali nama-nama anggrek tersebut didaftarkan belum pernah sekalipun dilakukan revisi, padahal dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini banyak sekali perubahan yang terjadi di habitat alami anggrek tersebut di atas maupun anggrek-anggrek lainnya. Dari data tersebut juga dapat dilihat kecerobohan yang terjadi, beberapa masalah yang terjadi, seperti adanya pengulangan 2 spesies yang sama, menurut Monocot Checklist by Kew,Botanical Garden, Dendrobium ostrinoglossum adalah sinonim dari Dendrobium lasianthera, demikian juga dengan Gramm. papuanum dan Gramm. speciosum, kemudian adalah ketidaksesuaian daftar dengan konvensi internasional, CITES menyatakan seluruh anggota dari genera Paphiopedilum adalah termasuk appendix 1,yang berarti tanaman tersebut dikategorikan langka namun pada daftar dari BKSDA hanya 2 dari sekitar 20 spesies Paphiopedilum yang ada di Indonesia dikategorikan dilindungi, serta juga banyak masalah lainnya yang sangat memprihatinkan.

Pemanfaatan

Anggrek tropis telah menjadi primadona tanaman hias semenjak pertama kali ditemukan pada abad ke-17, walaupun banyak kegunaan lain yang dapat dimanfaatakan dari anggrek namun penggunaannya sebagai tanaman hias adalah yang paling menonjol, Semenjak anggrek disilang pertama kali oleh Domini, maka usaha untuk menghasilkan bunga yang indah, besar, awet, dan wangi semakin gencar diseluruh dunia. Silangan anggrek tercatat rapih di Sander’s List of Orchid Hybrid yang diterbitkan 3 atau 4 bulan sekali semenjak 1869. Sampai dengan tahun 1994 tercatat ada 100.000 silangan baru yang telah didaftarkan dari sekitar 15.000 spesies asli yang ada, dengan urutan genera yang paling banyak disilangkan diduduki oleh Paphiopedilum dan Phalaenopsis.

About dewayanie

a simple but not ordinary .... :D sanguinis yang melankolis #bookworm and writer wannabe #flowers lovers especialy orchids #a moody stitcher .... :D

1 responses to “ANGGREK, SEBUAH KEKAYAAN DUNIA

  1. anggrekdewayanie

    di copas dari tulisan (Ramadani Prasetya)

Tinggalkan komentar

Flickr Photos